PESONA TERSEMBUNYI GUNUNG PARANG


Anda pasti tidak akan menyangka, ternyata Purwakarta memiliki tempat yang dapat menantang adrenalin anda. Gunung Parang, yang terletak di kecamatan Tegalwaru, kabupaten Purwakarta, ternyata mampu menyuguhkan tantangan ini kepada para pendaki. Gunung Parang merupakan tebing andesit tertinggi di Indonesia, terbentuk dari batuan andesit yang menyembul ke permukaan akibat desakan bumi.

Dengan tiga tebing utama berbentuk menara, yang biasa disebut tower, gunung ini seringkali dijadikan sebagai tempat simulasi bagi para pemanjat sebelum melakukan ekspedisi ke tempat lain. Puncak Tower I, memiliki ketinggian 934 meter, dengan medan panjat lebih dari 600 meter. Tower II memiliki ketinggian yang hampir sama dengan tower I, dengan bentuk meruncing di bagian atas seperti senjata parang. Sementara itu, tower III memiliki bentuk yang lebih landai dan terlihat tumpul dari kejauhan. (Kompas, Sabtu 5 Juli 2008).
Dua sisi lereng gunung Parang memiliki karakter yang berbeda. Lereng sebelah timur didominasi oleh batuan andesit yang curam dan terjal. Sementara itu, lereng bagian barat lebih landai, merupakan kombinasi antara batuan cadas dengan andesit.
Sejak dibuka tahun 1978, gunung Parang mampu menarik perhatian banyak pendaki gunung. Terbukti menurut data tahun 2007, tercatat 1.875 pemanjat datang melalui kampung Cihuni, Desa Sukamulya, Kecamatan Tegalwaru. (Kompas, Sabtu 5 Juli 2008) Para pemanjat ini bukan hanya datang dari kalangan umum. Gunung Parang juga dijadikan lokasi panjat tebing oleh TNI Angkatan Darat. Untuk mencapai puncak gunung Parang, para pendaki ini harus menempuh perjalanan selama 2 jam.
Di puncak gunung Parang, para pendaki dapat menyaksikan pemandangan indah, sungai Citarum, waduk Jatiluhur, serta beberapa gunung di sekitarnya. Gunung Parang juga menjadi habitat bagi berbagai jenis kera.
Selain untuk mendaki gunung, para pengunjung juga ada yang datang untuk menziarahi makam yang dianggap keramat oleh penduduk setempat. Menurut Oni, sesepuh desa yang sering menjadi pengantar pengunjung, makam di puncak gunung tersebut merupakan milik Raden Surya Kencana. Para pengunjung ini biasanya berasal dari daerah Karawang dan Jakarta. Memang, selain memiliki keindahan alam yang mempesona, Gunung Parang juga memiliki berbagai cerita-cerita mistis.
Menurut para penduduk sekitar, nama gunung ini berasal dari kata “barang” yang seiring berjalannya waktu berubah pelafalannya oleh penduduk menjadi “parang”. Para penduduk ini percaya, ada sebuah barang berupa sebuah intan yang tersimpan di gunung tersebut. Menurut mitos penduduk, intan tersebut dijaga oleh seekor harimau.
Bila anda terlalu lelah mendaki hingga puncak, di kaki gunung parang juga terdapat objek wisata yang dapat dinikmati oleh pengunjung. Para pengunjung dapat menemukan sebuah gua. Penduduk sekitar menyebut gua ini dengan nama “gua Jepang”. Menurut penduduk sekitar, lubang gua tersebut memiliki jalan tembus ke desa Sukamulya. Namun dikarenakan gua setinggi 2 meter ini pernah mengalami longsor maka jalan tembus itu tertutup. Longsor juga menyebabkan gua Jepang sulit disusuri hingga ke dalam. Belum lagi, medan gua yang berisi air sehingga cenderung sulit dimasuki karena harus menggunakan rakit.
Gunung Parang biasanya lebih banyak dikunjungi oleh para pendaki pada bulan Agustus terutama mendekati hari kemerdakaan 17 Agustus. Sementara itu, para pengunjung yang hendak berziarah ke makam, seringkali memanfaatkan bulan Rajab untuk mengunjungi gunung ini.
Rute Gunung Parang
Untuk mencapai lokasi gunung Parang, para pendaki dapat menempuh lima jalur alternatif. Jalur pertama melalui jalan desa Cilalawi, Kecamatan Sukatani, menuju desa Panyindangan. Jalur kedua melalui jalur desa Cilalawi-Sukamulya, di mana jalur yang ditempuh berupa jalan setapak.
Ketiga, jalur Batutumpang-Sukamulya. Keempat melalui jalur Tegalwaru-Cisarua-Pasanggrahan yang dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor atau mobil off-road, dikarenakan kondisi jalannya yang berbatu-batu. Bila keempat jalur lain ditempuh melalui darat, maka jalur terakhir menggunakan jalur perairan waduk Ir. Djuanda Jatiluhur yaitu dari Serpis di Desa Jatimekar, kecamatan Jatiluhur, menuju perairan Bihbul di desa Panyindangan, Kecamatan Sukatani.
Dari kelima jalur ini, jika anda memiliki hobi mengendarai mobil off-road atau menyukai tantangan, tidak ada salahnya anda menempuh jalur keempat. Medan yang berbatu-batu dan jalan yang berliku-liku menawarkan tantangan tersendiri.
Sayangnya, penerangan jalan tidak tersedia sehingga mengharuskan anda untuk menempuh rute jalan ini saat hari belum gelap. Tidak adanya penginapan yang tersedia juga menjadi kendala bagi para pendaki gunung yang hendak bermalam. Namun, pengorbanan ini dapat ditebus oleh keindahan gunung Parang, yang konon struktur kolom batunya mirip dengan Devil’s Tower di Wyoming, Amerika Serikat.**
SUMBER :

Tinggalkan komentar